Soft Skill
Alya seorang anak berusia 5 tahun, duduk di bangku TK kelas nol besar (TK-B). Aktivitasnya sehari-hari muali dari sekolah ditambah dengan les tambahan berupa les bahsa Inggris, piano, dan menggambar, masing-masing sebanyak 2 kali seminggu. Di usainya saat ini, Alya sudah mampu memainkan piano walaupun masih dengan nada yang kadang kurang pas, tempo yang masih membuat kita tersenyum, dan ada beberapa lagu yang sudah ia pelajari. Kemampuan menggambarnya juga terus berkembang da nia suka menempelkan hasil karyanya di dinding kamar. Alya juga sudah berani mengucapkan kata dalam bahasa Inggris.
Adakalanya ia sedang malas melakukan apapun dan hanya duduk santai, menonton TV sambil memakan makanan kesukaannya dan berceloteh menggunakan bahasa Inggris melalui bibir mungilnya. Orangtua Alya memaklumi hal ini dan secara konsisten membimbing serta mengarahkan Alya dengan penuh kasih sayang. Meskipun usianya baru 5 tahun, Alya sudah memiliki kepekaan terhadap situasi di sekitarnya. Setiap hari ia menyisihkan uang jajannya untuk diberikan kepada pemulung, peminta, dan anak jalanan. Jika celengannya belum penuh ia akan menggantinya dengan makanan, pakaianm atau mainan bekas. Keniasaan ini sudah Alya lakukan selama kurang lebih tiga bulan.
Hal in bermula dari kebiasaan orang tua Alya yang rajin membawanya untuk berbagi dengan anak-anak jalanan baik berupa makanan ataupun uang. Mereka juga secara rutin mengajaknya mengunjungi panti asuhan dan panti jompo. Kebiasaan tersebut ternyata menimbulkan kepekaan sosial dalam diri Alya.
Kemampuan Alya yang dipupuk orangtuanya tanpa paksaan dan penuh kasih sayang tersebut tidak lantas membuat Alya merasa terpaksa. Perlu diingat bahwa yang berbahaya dan harus dihindari adalah adanya unsur paksaan dari orang tua, berapapun usia anak.
Sepenggal kisah di atas merupakan kemampuan yang disebut dengan Soft skill, yaotu perilaku peduli pada sesama yang ditunjukkan oleh Alya.
Apa itu Soft skill ?
Sering diartikan sebagai kemampuan untuk mengelola diri sendiri (intrapersonal) dan orang lain (interpersonal). Jika dalam perkembangannya soft skill dapat terbina dengan baik, maka anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik di lingkungan.
Berdasarkan cara kerja otak, ditemukan bahwa sejak lahir sesorang anak sudah memiliki soft skill. Hal yang membedakan adalah responsnya. Semakin tinggi respons soft skill anak maka akan semakin mudah untuk di stimulasi. Pemberian stimulasi yang sesuai secara teru menerus akan memunculkan kemampuan soft skill anak dalam perilaku sehari-hari.
Soft skill terdiri atas 4 jenis :
1. Kepercayaan Diri (Confident)
Ciri-ciri anak yang memiliki Kepercayaan Diri (Confident) :
- Menerima kelebihan dan kekurangannya serta memiliki semangat untuk meningkatkan/memperbaiki kekurangannya serta tidak sombong atas kelebihan yang dimilikinya.
- Memiliki semangat untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya walaupun tidak berarti harus menjadi yang terbaik.
- Mampu melihat dari sisi positif apa saja yang dialami, ditemukan, dan lihat
- Mampu bangkit kembali dari kegagalan yang dihadapi
- Merasa tenang dan lancar saat melakukan berbagai aktivitas tanpa dibebani oleh perasan takut gagal
- Bertanggung jawab atas hal-hal yang ia lakukan
- Berani menerima kekalahan maupun kritikan dengan lapang dada lalu mencerna kritikan tersebut untuk perbaikan diri
- Mudah beradaptasi dengan situasi lingkungan, dan perubahan baru
- Mampu belajar dari pengalaman untuk mempernaiki perilaku dimasa yang akan datang
- Mampu menghadapi persaingan tanpa rasa takut salah ataupun kalah.
2. Kepedulian (Care)
Ciri-ciri anak yang memiliki Kepedulian (Care) :
- Memperhatian hal-hal yang terjadi disekelilingnya
- Ringan tangan dalam membantu orang lain
- Peduli dengan keluarga maupun orang lain, misalnya anggota keluarga yang sakit, kesusahan, atau mengalami musibah
- Memiliki rasa kasih sayang tetapi karena lingkup sosial anak masih sempit, rasa kasih sayang ini tercermin dalam perilaki menjaga barang-barang miliknya, menyayangi hewan peliharaan, atau merawat tanaman
- Menyenangi kegiatan sosial dan kebersamaan dalam mengerjakan sesuatu, senang berada dalam kelompok
3. Inisiatif (Initiative)
Ciri-ciri anak yang memiliki Inisiatif (Initiative) :
- Mengerjakan tugas-tugas atas dasar keinginan sendiri dengan gembira dan terhadap tugas yang diberikan kepadanya akan langsung dikerjakan
- Punya rasa keingintahuan yang besar terhadap segala sesuatu
- Mau memulai segala sesuatu tanpa disuruh
- Memiliki respons yang baik terhadap situasi sekitar dan mengambil inisiatif untuk memecahkan masalah jika diperlukan
4. Kreativitas (Creativity)
Ciri-ciri anak yang memiliki Kreatifitas (Creativity)
- Memiliki banyak ide. Pada masa anak-anak biasanya muncul dalam bentuk imajinasi, misalnya memanfaaatkan kotak kayu untuk permainan mobil-mobilan.
- Berwajah cerah serta fisik yang dinamis
- Memiliki minat luas mulai tentang musik sampai dunia politik
- Memiliki kemampuan mengeluarkan pertanyaan yang berbobot
- Punya rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu menuntut untuk mendapatkan penjelasan secara ilmiah
- Tidak pernah merasa dibatasi oleh status kaya-miskin, sempurna-cacat, kedaerahan, dan lain-lain.
- Suka dan berani mengambil resiko dengan melalui berbagai pertimbangan
- Punya banyak alternatif dalam menuntaskan suatu masalah
- Tidak mudah puas, selalu ingin sempurna, dan ingin lebih baik lagi
- Berani tampil beda dan tidak umum
- Senang menggali pengetahuan dan hal-hal baru
- Senantiasa memiliki gagasan-gagasan yang orisinil
Perlu diperhatiakn oleh setiap orangtua bahwa keempat soft skill tersebut saling berkaitan. Jangan berfokus hanya pada salah satu aspeknya saja. Saat kreatifitas anak distimulasi (dihargai) maka kepercayaan dirinya (Confident) akan meningkat dan saat ia diajak mengikuti kegiatan yang menyangkut lingkungan dan orang sekitar maka kepeduliannya (Care) juga akan meningkat. Proses yang terjadi saat anak melakukan berbagai kegiatan yang menuntut kreativitas maka inisiatifnya (Initiative) akan bertumbuh.